1.
Pengertian Polarisasi
2.
Polarisasi pada Pemantulan dan Pembiasan (Refleksi dan Refraksi)
Hukum snellius
untuk refleksi dan refraksi memberikan keterangan mengeenaiarah dari
sinar-sinar refleksi dan refraksi. Akan tetapi hukum tersebut tidak dapt
menerangkan apa-apa mengenai intensitas dari sinar-sinar refleksi dan refraksi.
Hal ini dapat diterangkan dengan baik dengan menggunaka hukum Maxwell yang
kemudian diturunkan menjadi persamaan Fresnel.
Pada tahun 1809, Malus
menemukan bahwasanya cahaya dapat dibuat terpolarisasi sempurna atau sebagian
dengan cara refleksi.
Sinar
refleksiadalah sinar yang terpolarisasi linear
sempurna. Perisiwa ini disebut polarisasi karena refleksi. Telah diketahui
bahwa RII mencaai
nol, baik untuk n1 < n2 ataupun n1 > n2 jika terhadap hubungan:
Persamaan terakhir ini dikenal juga sebagai
“hukum Brewster”; sudut polarisasi disebut juga sudut Brewster.
3.
Polarisasi karena Pembiasan Ganda
Jika berkas
kaca dilewatkan pada kaca, kelajuan cahaya yang keluar akan sama ke segala
arah. Hal ini karena kaca bersifat homogen, indeks biasnya hanya memiliki satu
nilai. Namun, pada bahan-bahan kristal tertentu misalnya kalsit dan kuarsa,
kelajuan cahaya di dalamnya tidak seragam karena bahan-bahan itu memiliki dua
nilai indeks bias (birefringence).
Cahaya yang melalui
bahan dengan indeks bias ganda akan mengalami pembiasan dalam dua arah yang
berbeda. Sebagian berkas akan memenuhi hukum Snellius (disebut berkas sinar
biasa), sedangkan sebagian yang lain tidak memenuhi hukum Snellius (disebut
berkas sinar istimewa).
4.
Polarisasi karena Absorbsi Selektif
Cahaya yang diteruskan adalah cahaya
yang arah getarnya sejajar dengan sumbu polarisasi polaroid. Seberkas cahaya
alami menuju ke polarisator. Di sini cahaya dipolarisasi secara vertikal yaitu
hanya komponen medan listrik E yang sejajar sumbu transmisi. Selanjutnya cahaya
terpolarisasi menuju analisator. Di analisator, semua komponen E yang tegak
lurus sumbu transmisi analisator diserap, hanya komponen E yang sejajar sumbu
analisator diteruskan. Sehingga kuat medan listrik yang diteruskan analisator
menjadi:
E2 = E cos θ
Jika
cahaya alami tidak terpolarisasi yang jatuh pada polaroid pertama (polarisator)
memiliki intensitas I0 maka
cahaya terpolarisasi yang melewati polarisator adalah:
I1 = ½ I0
Akan tetapi, jika cahaya dilewatkan pada
polalisator dan analisator yang dipasang bersilangan, tidak ada intensitas
cahaya yang melewati analisator. Secara umum, intensitas yang dilewati
analisator adalah
I1 = ½ I0cos2θ
Dengan
I2 adalah intensitas cahaya yang lewat analisator. I0 adalah intensitas awal seblummaasukpolalisator
dan θ adalah sudut antara arah polarisasi polalisator dan arah polarisasi
analisator. Jika keduanya sejajar, θ = 0. jika keduanya saling
bersilangan, θ = 90°.
5.
Polarisasi karena Hamburan
Hamburan (scattering) adalah peristiwa pancaran
gelombang elektromagnetik dari getaran elektron-elektron suatu medium yang
dikenai cahaya. Cahaya yang dihamburkan in adalah resultan dari gelombangyang
datang dari radiasi elektron. Gelombang resultan ini mempunyai intensitas
maksimum pada arah gelombang datang. Pada arah ke samping berkurang sekali
intensitasnya. Jika cahaya merambat dalam gas, lebih banyak hamburan ke samping
sebab elektron-elektron gas yang bergetar berjarak besar satu sama lain dan
tidak terikat seperti pada benda rigid. Jadi elektron dalam gas berdiri sendiri
tidak saling bergantung. Cahaya yang dihamburkan kesamaping oleh partikel gas
terpolarisasi sebagian atau seluruhnya sekalipun cahaya yang datang tidak
terpolarisasi.
6.
Fenomena-fenomena Polarisasi
Hamburan sinar matahari oleh
molekul-molekul atmosfer bumi. Jika tidak ada atmosfer, langit akan nampak
hitam kecuali jika kita melihat langsung ke arah matahari. Jika amati langit
yang tidak berawan dengan sebuah polarisator, maka paling tidak cahayanya akan
terpolarisasi sebagian. Cahaya yang dihamburkan langit in didominasi oleh warna
biru, maka dari itu warna langit yang cerah adlah biru. Dan warna langit senja
hari didominasi warna merah sehingga langit berwarna meah. Frekuensi warna biru
adalah sesuai dengan frekuensi dari getaran elektron dan koponen yang tegak
lurus ( dilihat dari b) . sedangkan pada tempat-tempat yang miring, terdapat
campuran komponen sehingga warna berkurang, semakin miring ke bawah makin ke
arah frekuensi warna merah.
Kacamata polarisasi 3 D
Di Disney world, Universal studio, dan tempat 3D lainnya, metode yang digunakan adalah lensa polarisasi, karena menghasilkan kualitas gambar yang lebih baik. Dua buah proyektor memproyeksikan dua respektif pada layar, masing-masing dengan polarisasi yang berbeda. Kacamata membuat hanya satu image yang masuk ke tiap-tiap mata karena terdapat lensa dengan polarisasi berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar