A. Pengtian interferensi
Interferensi cahaya merupakan interaksi dua atau lebih gelombang cahaya yang menghasilkan suatu radiasi yang menyimpang dari jumlah masing-masing komponen radiasi gelombangnya. Atau dapat dikatakan sebagai perpaduan dari dua gelombang cahaya yang datang bersama di suatu tempat. Interferensi cahaya menghasilkan suatu pola interferensi (terang-gelap)
B. Syarat-Syarat interferensi
1. Perbedaan dan Kehoresi fase
Apabila dua gelombang
harmonik yang berfrekuensi dan panjang gelombang sama tetapi berbeda fase
bergabung, gelombang yang dihasilkan merupakan gelombang harmonik yang
amplitudonya tergantung pada perbedaan fasenya. Jika perbedaan fase 0 atau
bilangan bulat kelipatan 360°, gelombang akan sefase dan berinterferensi secara
saling menguatkan. Amplitudonya sama dengan penjumlahan amplitudo
masing-masing, dan intensitasnya (yang sebanding dengan kuadrat amplitudo) akan
maksimum.
Jika perbedaan fasenya 180° (π radian) atau
bilangan ganjil kali 180°, gelombangnya akan berbeda fase dan berinterferensi
secara saling melemahkan. Amplitudo yang dihasilkan dengan demikian merupakan
perbedaan amplitudo masing-masing, dan intesitasnya menjadi minimum. Jika
amplitudonya sama, intensitas maksimum sama dengan 4 kali intensitas sumbernya
dan intensitas minimum sama dengan nol.
Perbedaan fase antara dua
gelombang sering disebabkan oleh perbedaan panjang lintasan yang ditempuh oleh
kedua gelombang. Perbedaan lintasan satu panjang gelombang menghasilkan
perbedaan fase 360°, yang ekuivalen dengan tidak ada perbedaan fase sama
sekali. Perbedaan lintasan setengah panjang gelombang menghasilkan perbedaan
fase 180°. Umumnya, perbedaan lintasan yang sama dengan ∆r menyumbang suatu
perbedaan fase δ yang diberikan oleh:
δ = ∆r 2 π / λ = ∆r 360°/λ…..(1)
Interferensi
gelombang dari dua sumber tidak teramati kecuali sumbernya koheren, yakni
kecuali perbedaan fase diantara gelombang konstan terhadap waktu. Karena berkas
cahaya pada umumnya adalah hasil dari jutaan atom yang memancar secara bebas,
dua sumber cahaya bisanya tidak koheren. Memang, perbedaan fase antara
gelombamg dari sumber demikian berfluktuasi secara acak beberapa kali perdetik.
Koherensi dalam optik sering dicapai dengan membagi cahaya dari sumber tunggal
menjadi dia berkas atau lebih, yang kemudian dapat digabungkan untuk
menghasilkan pola interferensi.
Interferensi
gelombang dari dua sumber tidak teramati kecuali sumbernya koheren, yakni
kecuali perbedaan fase diantara gelombang konstan terhadap waktu. Karena berkas
cahaya pada umumnya adalah hasil dari jutaan atom yang memancar secara bebas,
dua sumber cahaya bisanya tidak koheren. Memang, perbedaan fase antara
gelombamg dari sumber demikian berfluktuasi secara acak beberapa kali perdetik.
Koherensi dalam optik sering dicapai dengan membagi cahaya dari sumber tunggal
menjadi dia berkas atau lebih, yang kemudian dapat digabungkan untuk
menghasilkan pola interferensi
Interferensi
gelombang dari dua sumber tidak teramati kecuali sumbernya koheren, yakni
kecuali perbedaan fase diantara gelombang konstan terhadap waktu. Karena berkas
cahaya pada umumnya adalah hasil dari jutaan atom yang memancar secara bebas,
dua sumber cahaya bisanya tidak koheren. Memang, perbedaan fase antara
gelombamg dari sumber demikian berfluktuasi secara acak beberapa kali perdetik.
Koherensi dalam optik sering dicapai dengan membagi cahaya dari sumber tunggal
menjadi dia berkas atau lebih, yang kemudian dapat digabungkan untuk
menghasilkan pola interferensi.
Analisa
penurunan persamaan
Gambar 2.1
Gambar 2.1 Sinar dari S1 dan
S2 bergabung di P. Muka gelombang cahaya yang jatuh pada layar B
dianggap sejajar. Sesungguhnya, D ˃˃ d, pada gambar keadaan ini diubah supaya
lebih jelas. Titik tengah celah dinyatakan dengan a.
Misalkan sumber
dalam Gambar 2.1 disingkirkan dan celah dan digantikan dengan dua buah sumber cahaya yang
satu denganlainnya tidak berhubungan sama sekali, misalnya dengan dua kawat pijar
kecil yang diletakkan berdampingan dan diselubungin oleh tabung kaca. Tidak ada
garis-garis interferensi yang muncul pada layar C, yang tampak hanyalah terang yang hampir merata. Hal ini dapat
dijelaskan bila dianggap bahwa untuk dua sumber cahaya yang sama sekali tidak
berhubungan, beda fase dari kedua berkas yang tiba di P akan berubah-ubah terhadap waktu secara acak. Pada suatu saat
berikutnya (barangkali 10-8 detik kemudian) dapat terjadi penguatan.
Sifat beda fase yang berubah-ubah secara acak ini terjadi pada setiap titik
pada layar C, sehinggahasil yang
nampak adalah terang yang merata pada layar. Intensitas pada setiap titik sama
dengan jumlah intensitas yang diberikan oleh jumlah dan pada titik tersebut secara terpisah. Dalam
keadaan ini kedua berkas yang keluar dari dan dikatakan
bersifat inkoheren (tidak koheren)
sepenuhnya.
Intensitas untuk
berkas-berkas cahaya koheren dapat
diperoleh dengan (1) menjumlahkan ampitudo masing-masing gelombang secara
vektor dengan memperhitungkan beda fase (konstan) didalamnya, dan kemudian (2)
menguadratkan amplitudo resultannya; hasil ini sebanding dengan intensitas
resultan. Sebaliknya, unntuk berkas-berkas yang sama sekali koheren, (1) masing-masing amplitudo
dikuadratkan dahulu dan diperoleh besaran yang sebanding dengan intensitas
masing-masing berkas, baru kemudian (2) intensitas masing-masing berkas
dijumlahkan untuk memperoleh intensitas resultan.
nc. terferensi konstruktif dan destruktif
Dua sumber identik dari gelombang
monokromatik S1 dan S2, diperlihatkan dalam gambar 3.1a.
Kedua sumber itu menghasilkan gelombang –
gelombang yang amplitudonya sama dan panjang gelombang λ yang sama. Tambahan lagi, kedua sumber itu sefasa
secara permanen, kedua sumber itu bergerak serentak. Kedua sumber dapat berupa
dua pengaduk yang disinkronkan dalam sebuah tangki rekasi, dan pengeras suara
yang dijalankan oleh penguat sama, dua antena radio yang diperkuat oleh
pemancar yang sama, atau dua lubang atau celah kecil dalam sebuah layar yang
tak tembus cahaya, yang disinari oleh sumber cahaya monokromatik yang sama.
Dua seumber monokromatik yang
frekuensinya sama dan dengan sebarang hubungan fasa konstan yang tertentu,
(tidak perlu sefasa) dikatakan koheren. Umumnya, bila gelombang dari dua atau
lebih sumber tiba sefase disebuah titik, maka amplitude gelombang resultan
adalah jumlah dari amplitude gelombang – gelombang individu. Gelombang – gelombang
individu itu saling memperkuat. Ini dinamakan interferensi konstruktif (gambar
3.1b).
Misalnya jarak dari S1
ke sebarang titik P adalah r1, dan misalnya jarak dari S2
ke P adalah r2. Supaya interferensi konstruktif terjadi di P, selisih lintasan r2 – r1,
untuk kedua sumber itu harus merupakan kelipatan bulat dari panjang gelombang λ.
r2 – r1
= mλ (m = 0, 1, 2, 3……)…(4)
(interferensi konstruktif, dua
celah)
Dalam gambar 3.1a, titik a dan
titik b memenuhi persamaan (4) berturut – turut dengan m = 0 dan m n= +2.
Sesuatu yang berlainan terjadi di titik c dalam gambar 3.1a. Di titik ini,
selisih lintasan r2 – r1 = -2,5λ, yang merupakan bilangan setengah bulat dari
panjang gelombang. Gelombang – gelombang dari kedua sumber itu tiba di titik c
persis berbeda fasa sebanyak setengah siklus. Sebuah puncak dari satu gelombang
tiba pada waktu yang sama seeperti sebuah puncak dalam arah berlawanan (sebuah
“lembah”) dari gelombang lainnya (gambar 3.1c). Amplitude resultan itu adalah
selisih diantara kedua amplitude individu tersebut. Jika amplituod – amplitude
individu itu sama, maka amplitude total ini adalah nol. Keadaan saling
meniadakan atau saling meniadakan parsial dari gelombang – gelombang individu
itu dinamakan interferensi deskruktif.
Syarat untuk interferensi destruktif dalam
situasi seperti yang diperlihatkan dalam gambar 3.1a adalah
r2 – r1 = = (m + ½)λ (m = 0, 1, 2, 3……) (5)
(interferensi destruktif, sumber – sumber
sefasa)
Selisih lintasan di titik c pada gambar
3.1a memenuhi persamaan (5) dengan m = -3. Gambar 3.2 memperlihatkan situasi
yang sama seperti gambar 3.1a, tetapi dengan kurva berwarna merah yang
menyatakan semua titik pada mana terjadi interferensi konstruktif. Pada setiap
kurva, selisih lintasan r2 – r1 sama dengan bilangan
bulat m kali panjang gelombang. Kurva – kurva ini dinamakan kurva – kurva titik
perut. Kurva – kurva ini secara langsung dianalogikan dari titik – titik perut
dalam gelombang berdiri. Dalam sebuah gelombang berdiri yang dibentuk oleh
interferensi antara gelombang – gelombang yang merambat dalam arah – arah yang
berlawanan, titik – titik perut dimana amplitudonya itu maksimum’ serupa
halnya, amplitudo gelombang dalam situasi dari gambar 3.2 adalah maksimum
sepanjang kurva titik perut.
Yang tidak
diperlihatkan dalam gambar 3.2 adalah kurva – kurva titik simpul, yang
merupakan kurva – kurva yang menyatakan titik – titik pada mana terjadi
interferensi desktruktif. Kurva – kurva ini dianalogikan dari titik – titik
simpul dalam sebuah pola gelombang berdiri. Sebuah kurva titik simpul terletak
di antara setiap dua kurva titik perut yang berdekatan dalam gambar 3.2 satu
kurva seperti itu, yang bersesuaian dengan r2 – r1 = -2,5λ, lewat melalui titik c. Dalam beberapa kasus, seperti
dua pengeras suara atau dua antenna pemancar radio, pola interferensi itu
berdimensi tiga
D. Fenomena Interferensi
1.
Interferensi
Celah Ganda
Pola interferensi yang dihasilkan oleh dua
sumber gelombang air koheren yang panjang gelombangnya sama dengan mudah dapat
dilihat dalam sebuah tangki reaksi dengan sebuah lapisan air dangkal. Pola ini
tidak tampak secara langsung bila inteferensi terjadi di antara
(Gambar 4.1) Sebuah sumber cahaya (yang tidak
diperlihatkan) memancarkan cahaya monokromatik, akan tetapi, cahaya ini tidak
sesuai untuk digunakan dalam sebuah eksperimen interferensi karena pancaran
dari bagian – bagian yang berbeda dari sebuah sumber biasa tidak disinkronkan.
Untuk mengatasi hal ini, cahaya itu diarahkan pada sebuah layar dengan sebuah
celah sempit S0, yang lebarnya kurang lebih 1 μm. Cahaya yang muncul keluar
dari celah itu hanya berasal dari sebuah daerah kecil dari sumber cahaya
tersebut, jadi celah S0 berperilaku lebih mirip sumber ideal yang
diperlihatkan dalam gambar.
Cahaya dari celah S0
jatuh pada sebuah layar dengan dua buah celah sempit lain s1 dan s2,
yang lebarnya masing – masing kurang dari 1 μm dan beberapa puluh atau berapa ratus micrometer terpisah
satu sama lain. Muka – muka gelombang silinder menyebar keluar dari celah S0
dan mencapai celah S1 dan celah S2 dalam keadaan sefasa
karena muka – muka gelombang itu menempuh jarak yang sama dari So.
Gelombang yang muncul keluar dari celah S1 dan celah S2
adalah sumber – sumber koheren. Interferensi gelombang – gelombang dari S1
dan S2 menghasilkan sebuah pola dalam ruang yang menyerupai pola
kanan dari sumber.
Untuk melihat pola interferensi itu, sebuah layar
ditempatkan sedemikian rupa sehingga cahaya dari S1 dan S2
jatuh padanya (4.1b). Layar itu akan disinari paling terang di titik P, dimana
gelombang cahaya dari celah – celah itu berinterferensi destruktif.
Untuk menyederhanakan analisis eksperimen Young, kita
menganggap bahwa jarak R dari celah – celah ke layar itu begitu besar
dibandingkan dengan jarak d diantara celah – celah sehingga garis – garis dari
S1 dan S2 ke P sangat hampir parallel, seperti dalam
gambar 4.1c. Inilah kasus umum untuk eksperimen dengan cahaya, pemisahan celah
itu yang umum beberapa millimeter, sedangkan layar itu dapat berada sejauh satu
meter atau lebih. Maka selisih panjang lintasan itu diberikan oleh
r2
– r1 = d sin θ…(6)
dimana
θ adalah sudut diantara sebuah garis dari celah – celah ke layar dan garis
normal ke bidang celah – celah itu (yang diperlihatkan sebagai sebuah garis
hitam yang tipis.
Kita mendapatkan bahwa sebuah interferensi konstruktif
(penguatan) terjadi di titik – titik dimana selisih lintasan d sin teta adalah
kelipatan bilangan bulat dari panjang gelombang, mλ, dimana m = 0, 1, 2, 3,…. Maka daerah terang pada layar itu terjadi
pada sudut teta dimana
d
sin θ = mλ (m = 0, 1, 2, 3……)..(7)
(interferensi
kontruktif, dua celah)
Secara sederhana, interferensi destruktif terjadi, membentuk
daerah gelap pada layar pada titik dimana perbedaan lintasannya adalah sebesar
bilangan setengah bulat dari panjang gelombang, (m + ½)λ.
d
sin θ = (m + ½)λ (m = 0, 1, 2, 3……)…(8)
(interferensi
destruktif, dua celah).
Jadi, pola pada layar di gambar 4.1a dab 4.1b adalah sebuah
urutan dari pita terang dan pita gelap, atau pita – pita interferensi, yang
parallel dengan celah S1 dan S2. Sebuah potret pola
seperti itu diperlihatkan oleh gambar 4.2. Pusat pola itu adalah sebuah pita
terang yang bersesuaian dengan m = 0 dalam persamaan (7); titik pada layar itu
berjarak sama dari kesua celah tersebut.
Kita dapat menurunkan sebuah pernyataan untuk posisi dari
pusat pita – pita terang pada layar itu. Pada gambar (4.1b), y di ukur dari
pusat pola itu, yang bersesuaian dengan jarak dari pusat gambar 4.2. Misalkan ym
adalah jarak dari pusat pola itu ( = 0) ke pusat pita terang yang ke-m. Misalkan
θm adalah sangat kecil, tan θm
adalah nilai yang bersangkutan dengan θ adalah sangat
hampir sama dengan sin θm , dan
ym
= R tan θm…(9)
dalam eksperimen seperti ini, jarak ym
seringkali jauh lebih kecil daripadanjarak R dari celah – clah itu ke layar
tersebut. Maka θm adalah
sangat kecil, tan θm adalah
sangat hampir sama dengan sin θm, dan
ym
= R sin θm…(10)
menggabungkannya
dengan persamaan (3.1), kita dapatkan bahwa hanya untuk sudut kecil
ym = R …(11)
(interferensi
konstruktif dalam eksperimen Young)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar